Review Buku “Baarakallaahu Laka Bahagianya Merayakan Cinta”

1 comments
Halaman Sampul Depan

Halaman Sampul Belakang

Caption Buku

Pertama, terimakasih untuk teman-teman yang telah memberikan hadiah buku ini. Buku yang sangat bermanfaat sekaligus dapat menjadi petunjuk praktis untuk saya (khususnya) dan kami dalam memahami seluk beluk membangun bahtera rumah tangga yang islami. Buku yang terbit pada tahun 2011 ini, rupanya masih sangat kontekstual dan relevan untuk dijadikan bahan rujukan pustaka. Secara sekilas warna dan desain covernya sungguh menggundang rasa ingin tahu untuk segera membaca isi bukunya. Dan, walaupun belum bisa meng-khatamkan seluruh isi bukunya semoga sedikit review ini bisa memberikan sebuah ringkasan yang padat dan bermakna. Selamat menyimak...

Cerita (tentang) IPK

0 comments

Tidak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini, kecuali zat Yang Maha Sempurna pemilik alam semesta ini. Tulisan ini saya buat berdasarkan pemintaan sekaligus sebagai bentuk kontribusi ku untuk turut memotivasi pembaca di bidang akademik khususnya. Tulisan ini pun akan lebih banyak berisi perjalanan akademik dibandingkan non-akademik, sehingga teruntuk para pembaca, sebelumnya akan saya garis bawahi bahwa skill non-akademik memang tak kalah penting(nya) namun disini semua persoalan tips akan lebih mengerucut pada hal-hal akademik yang akan membantu pembaca untuk menyeimbangkan pola belajar akademik dengan kegiatan non-akademiknya. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan diskusi di blog ini :) 

Goes to Bali

0 comments
Yogyakarta, 04 Agustus 2016
            Perkenankan aku, membagi sedikit cerita tentang sebuah perjalanan pertama ku menginjakkan kaki di Pulau Dewata, Bali. Ini akan menjadi sebuah cerita flash back yang sedikit membosankan mungkin, tapi bagiku sepotong memori tentang Bali ini adalah kisah yang tidak akan pernah kulupakan. Perjalanan yang hanya berkisar 4 hari ini (31 Juli – 3 Agustus 2016) mampu membelajarkan aku tentang banyak hal, especially how to drive my self. Semua kisah ini merupakan rangkuman cerita ketika aku haru menghadiri (karena sudah bayar) seminar internasional “Educational Technology World Conference” di Grand Inna Bali Beach, Sanur. Here is the story...happy reading guys!

Review Sidang Tesis

0 comments
Akhirnya namanya muncul di papan ini.. 

22 Juni 2016 @JogjaIstimewa
            Sehari sudah ujian/sidang tesis itu berlalu, bagaikan angin yang begitu saja berlalu dengan cepat. Ternyata semua kekhawatiran itu telah menemukan jawabannya, rasa penasaran dan penantian seakan menjadi satu, bahagia, takut, dan cemas. Namun, diantara semua perasaan itu, kesimpulannya berakhir pada sebuah rasa lega dan seakan menemukan semangat baru untuk semakin mantap menata masa depan. Baiklah, di detik-detik revisi ini seharusnya aku fokus pada pembenahan naskah tesis ku, tapi rasanya kurang lengkap apabila seharian ini hanya dihabiskan dengan hal-hal serius melulu. Sejujurnya, memang aku adalah orang yang mudah bosan apalagi dengan hal-hal yang cukup serius menguras pikiran. So, untuk menyeimbangkan semua kemampuan otak ini dengan maksimal.. mari simak sedikit cerita dalam rangka ingin membagi kebahagian dan motivasi bagi kalian yang sedang menantikan sidang tesis.

Tips Menyusun Tesis, Anti Galau!

0 comments

Sesuai dengan judul tulisan kali ini, maka sudahkah tergambar di benak Anda kalau tulisan ini nantinya akan membahas tentang sebuah dokumen sakral yang bernama “tesis”? Ya, memang terkesan sakral karena berhubungan dengan pertanggungjawaban kita sebagai mahasiswa yang sudah menimba ilmu selama (kurang lebih) dua tahun, dan ini yang menjadi penentu seberapa dalam keilmuwan kita untuk menelurkan sebuah hasil karya ilmiah berbasis penelitian? Baiklah, sampai disini sudah bisa dibayangkan bagaimana nantinya suka duka para penulis Tesis dalam prosesnya menyusun proyek akhir yang terdiri dari 5 bab ini. Here we go.. dan sebelum membahas tips menyusun tesis yang anti galau, marilah kita simak definisi dari galau itu sendiri.

Belajar Menyusun Mimpi

0 comments
Hai, pemuda seberapa jauh kau ingin tahu tentang aku?
Aku yang hanya bunga biasa ini,
Apakah pantas bercerita panjang lebar bagaikan kau punya banyak waktu untuk mendengarkan omong kosong ku?
Tak berani aku mengawali cerita dengan kisah-kisah luar biasa,
Karena sejatinya tak ada yang bisa aku sombongkan,
Tak ada kisah-kisah heroik dalam kehidupanku.

Si Bunga Merah Jambu

0 comments

Disela-sela kesibukan ku menulis tesis, lama kutunggu kabar dari si bunga di tepi jalan itu. Kunanti, namun tak sepenuhnya ia mau muncul untuk membagi kabarnya padaku. Hingga tiba malam purnama kemarin (21 Mei 2016), dia menyapaku dengan lembut, “hai, perempuan pembaca”. Lama kami merindukan sebuah momen seperti ini, cahaya rembulan yang sedikit malu tertutup awan menemani kebersamaan kami untuk membagi kisah kelanjutan si bunga di tepi jalan dan pemuda pekebun bunga. Tanpa kutanya, rupanya si bunga paham betul bagaimana rasa penasaranku terhadap kondisi dirinya, si pemuda, dan taman itu. Dengan senang hati si bunga mau membagi ceritanya padaku, dan bulan pun tak ingin ketinggalan.. menyimak dari balik awan.

Korespondensi 11 April 2016

0 comments
Bunga di Tepi Jalan Gunung Vaderman

Hari ini tanggal 11, tepat 1 bulan dari tanggal postingan pertama dari si pemuda pekebun bunga. Bagaimana aku tidak ingat? Sebagai pembaca yang baik aku akan selalu menandai setiap moment dan bacaan yang berkesan. Selain itu, angka 11 adalah sebuah bilangan prima yang unik, hingga dapat menjadi penanda yang unik untuk si bunga di tepi jalan itu. Hai bunga, apa kabar mu hari ini? aku telah menyampaikan kabar terakhir dari si pemuda pekebun bunga kepada mu, dan sepertinya korespondensi mu masih ditunggu. Mau kah kau berbagi sedikit balasan itu dengan ku? Mumpung ditemani hujan sore ini, sambil menunggu pelangi, ijinkan aku mendengarkan ceritamu. Selanjutnya, Aku (disini) adalah si bunga itu, dan aku (penulis) cukuplah hanya memberikan sebuah prolog di awal paragraf ini.

Balasan untuk Pemuda Pekebun Bunga

0 comments

Bagaikan pantun yang tidak sedap apabila tidak berbalas, hingga kemudian kuputuskan untuk menuliskan beberapa hal yang perlu diceritakan dari sepotong kisah bunga di tepi jalan itu. Cerita yang akan lebih banyak berisikan alur mundur.. memutar kembali memori si bunga untuk menyadarkan dirinya. Sepertinya, memang keduanya pernah bertemu, si pemuda pekebun bunga dan setangkai bunga di tepi jalan. Ya, kuyakin mereka pernah bertemu pada beberapa kali persimpangan dan dalam beberapa kali purnama. Mulai dari purnama pertama, hingga kini purnama yang ke-18. Namun, sayangnya lebih dari 12 purnama yang mereka habiskan sendiri, menikmatinya dalam diam sebelum akhirnya suatu jalan pesimpangan mempertemukan mereka berdua untuk saling bertegur sapa.

Bunga di Tepi Jalan

2 comments
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Permainan analogi memang sesuatu yang paling aman untuk menceritakan sebuah realita secara lebih sopan dan tersirat. Semua perumpamaan itu bagaikan analogi yang aku kenal, secara tersirat tersampaikan pesannya. Aku mungkin tahu, namun tetap saja maksud hati seseorang hanya orang yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia lain hanya bisa tebak-menebak, berasumsi, menganalisis dan menyimpulkan. Semua alur cerita beranalogi taman bunga itu, sungguh indah kubayangkan sebagai sebuah taman yang sesungguhnya.

Kamu yakin mau menunggu?

0 comments
Kamu yakin mau menunggu?

Banyak orang-orang disekeliling ku berbicara tentang jodoh. Kesana kemari pun pokok bahasannya masih sama, seputar menikah, jodoh, menataskan diri, pengharapan, ah sudahlah begitu sudah mudah ditebak, berikut kroni-kroninya. Apakah kamu juga begitu? Mau mengajak saya ngobrolin jodoh? Oh so yesterday banget.. mending ngobrolin masa depan dan mimpi untuk S3 di Autralia deh :-D

My First Book Review: The Alpha Girl’s Guide (Henry Manampiring)

0 comments
Berada di Toko Buku Gramedia Mall Ambarukmo, first seeing this book!

Hai kamu, iya kamu.. apakah kamu seorang wanita yang masih menjalani masa studi atau sudah berkarier? Bagaimana kesibukanmu saat ini para wanita modern? Kali ini saya akan mencoba meringkas sekaligus sedikit memaknai (dengan bahasa yang berbeda) sebuah buku inspiratif tentang tugas seorang wanita modern. Mengapa saya sebut wanita modern? Ya, karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat para wanita di jaman ini lebih maju (dari aspek pola pemikiran, kesibukan, dan tanggungjawab) dibandingkan dengan kondisi wanita di jaman dahulu (pada masa penjajahan Belanda misalnya). Baiklah apa yang bisa diceritakan tentang buku ini?

Mengapa Teknolog Pendidikan/Pembelajaran Perlu Memahami Teori Belajar?

0 comments

#01 Behavioristik
            Sebagai teknolog pendidikan, tentunya tidak asing dengan kata ‘teori belajar’. Teori belajar dan pembelajaran ibarat fondasi sebelum mengenal konsep-konsep pembelajaran lainnya. Teori belajar dan pembelajaran merupakan mata kuliah pengantar yang pasti diletakkan di awal semester (menurut pengalaman penulis). Sebenarnya untuk apa, dan mengapa teknolog pendidikan perlu mempelajari ini? Pertanyaan ini tidak lantas dapat dijawab oleh penulis setelah menyelesaikan mata kuliah ini dalam 1 semester di strata 1. Memang benar kata pepatah, bahwa seseorang telah belajar ketika dia menyadari kebodohannya. Begitulah yang terjadi, penulis baru menemukan makna dari sekian banyak teori belajar, ketika penulis menulis sebuah karya ilmiah wajib (syarat menyelesaikan studi) saat ini. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, dan semoga pembaca dapat lebih awal dalam memahami konsep teori belajar melalui tulisan singkat ini.