Kamu yakin mau menunggu?

Kamu yakin mau menunggu?

Banyak orang-orang disekeliling ku berbicara tentang jodoh. Kesana kemari pun pokok bahasannya masih sama, seputar menikah, jodoh, menataskan diri, pengharapan, ah sudahlah begitu sudah mudah ditebak, berikut kroni-kroninya. Apakah kamu juga begitu? Mau mengajak saya ngobrolin jodoh? Oh so yesterday banget.. mending ngobrolin masa depan dan mimpi untuk S3 di Autralia deh :-D

            Baiklah, memang belajar adalah hal sepanjang hayat. Dan salah satu cara kita belajar adalah melalui sharing atau bertukar pengalaman dengan orang lain yang sudah pernah merasakannya. Ya, tepat sekali salah satunya adalah pokok bahasa jodoh (sesuai judul artikel ini). Apa yang salah dengan jodoh? Mengapa selalu diperbincangkan sebagai subjek yang tak kunjung jelas dan tak kunjung datang meski sudah dinantikan sebagian orang. Come on, jodoh itu bukan seperti Trans Jogja yang sudah jelas jam dan rute keberangkatannya. Jadi apa perlu dirisaukan ketika jadwalnya (anggap saja usia kita) sudah tepat, namun tak kunjung datang (bus Trans Jogjanya)? Saya kan sudah bilang kalau jodoh itu bukan Trans Jogja yang selalu pasti sudah diatur jadwalnya.. hehe jadi kenapa risau tak datang, toh jodoh tidak pernah berjanji akan datang kapan. Benar kan?
            Maaf apabila pandangan itu mungkin terksan berbeda dengan prinsip the chaser (bagi para kaum adam). Karena itu menurut perspektif saya sebagai wanita yang saya tujukan untuk mereka yang masih nekat ‘menunggu’ jodoh namun tidak siap dengan konsekuensinya. Apa sih konsekuensi untuk memutuskan menunggu? Satu, kuncinya adalah sabar. Sebab menunggu tanpa kesabaran yang cukup hanya akan melelahkan dan tanpa hasil. Kedua, siapkan bekal yang cukup ketika memutuskan untuk menunggu. Nggak asik kan kalau kita menunggu sambil kelaparan? Nah bekal yang saya maksud adalah bekal keyakinan. Penting sekali, karena apabila seseorang yakin, dia pasti akan lebih merasa tenang (ketika harus menunggu). Bekal keyakinan ini ibarat snack yang bisa kita makan sembari menunggu sesuatu, jadi tenang kan? Perut kenyang, menunggu nyaman. Keyakinan tidak datang dan tumbuh dengan sendirinya, ibarat tanaman.. dia memerlukan pupuk, tanah, udara, dan sinar matahari. Apabila diibaratkan sebagai komponen yang dapat menumbuhkan keyakinan, semua itu adalah akhlak, ilmu, dan iman. Bisa kan diterjemahkan sendiri apa definisi dari masing-masing komponen tersebut? Ya simple nya banyak yang bilang kalau itu adalah sebuah kondisi ‘memantaskan diri’.
            Masih mau menunggu jodoh? Kalau pendapat saya, apakah kita perlu menunggu untuk hal yang pasti akan datang? Ingat, bahwa kematian, rezeki, dan jodoh adalah hal diluar kendali kita, karena sudah pasti diatur oleh Allah jauh-jauh hari. Jadi perlu ditunggu? Ya sebenarnya sih perlu, jadi ketika jodoh datang kita siap... ibarat orang mau dijemput (didatangi) kan kalau yang dijemput sudah siap, bisa langsung berangkat. Tapi istilah menunggu itu menurut saya terdengar pasif, walaupun sebenarnya itu sebuah kata kerja aktif awalan me+.... tapi kok kesannya pasif ya? Mungkin perpsepsi kita saja yang perlu dibenahi. 
Menunggu, tidak akan menjadi sesuatu yang mubadzir (sia-sia) asalkan kita tidak mengorbankan aktifitas-aktifitas lain yang memang menjadi tanggungjawab kita. Sebagai wanita, harus bisa multitasking ya.. sembari menunggu kan bisa kita lakukan hal-hal yang bermanfaat, apalagi yag sifatnya wajib (keharusan untuk beribadah). Ya, walaupun saya masih dalam kategori yang entah level dasar ke sekian. Tetapi rasanya, saya tidak pernah ingin terlalu merisaukan masalah jodoh. Jujur saya tidak begitu suka, masalah perasaan menjadi konsumsi publik. Karena apa? Itu hal-hal yang sebaiknya kita curahkan ke dzat yang Maha Mengetahui isi hati kita. Silahkan galau, tapi lihat kepada siapa kita mengadu. Silahkan berharap, tapi ingat kepada siapa pantasnya kita berharap. Silahkan menunggu, jika sudah siap konsekuensinya, cukup ingat bahwa jodoh tidak pernah berjanji pada kita kapan dia akan datang, jam berapa, dan dimana. Jangan-jangan kita menunggu di tempat yang salah? Atau di jam yang salah? Itu semua bisa terjadi. 

0 comments:

Post a Comment