Cerita (tentang) IPK


Tidak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini, kecuali zat Yang Maha Sempurna pemilik alam semesta ini. Tulisan ini saya buat berdasarkan pemintaan sekaligus sebagai bentuk kontribusi ku untuk turut memotivasi pembaca di bidang akademik khususnya. Tulisan ini pun akan lebih banyak berisi perjalanan akademik dibandingkan non-akademik, sehingga teruntuk para pembaca, sebelumnya akan saya garis bawahi bahwa skill non-akademik memang tak kalah penting(nya) namun disini semua persoalan tips akan lebih mengerucut pada hal-hal akademik yang akan membantu pembaca untuk menyeimbangkan pola belajar akademik dengan kegiatan non-akademiknya. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan diskusi di blog ini :) 

Prinsip pertama, IPK adalah hadiah bukan indikator. Maksudnya? IPK merupakan sebuah hadiah atau pemberian dari dosen kepada mahasiswa karena si mahasiswa berhasil mengerjakan tugas/permintaan/kontrak belajar sesuai dengan standar permintaan dosen. Selanjutnya, IPK bukanlah indikator yang mampu menilai apakah kelak seorang mahasiswa itu akan berhasil dalam kehidupannya atau pun indikator yang mampu menilai seberapa cerdas si mahasiswa tersebut. Untuk rumpun ilmu sosial dan terapan, rasanya penilaian dosen pun jauh lebih subjektif. Tentunya akan berbeda dengan rumpun ilmu eksak yang (mungkin) lebih objektif. Karakter dosen, prodi, lingkungan kampus yang berbeda-beda tentunya tidak dapat distandarisasi secara umum dengan menarik sebuah benang merah. Oleh karena nya, jangan pernah menyamakan standar dengan hal-hal yang tidak mungkin disamakan.
Prinisp kedua, hasil belajar yang baik adalah apabila mampu diapresiasi kemudian selanjutnya diberikan umpan balik yang sesuai, setuju? Hal ini sangatlah penting, sebab sebagai teknolog pendidikan saya berpendapat bahwa letak umpan balik (hasil belajar) mampu mempengaruhi proses belajar selanjutnya. Oleh sebab itu, saya pun tertarik dengan keberadaan learning analytics yang ternyata mampu memberikan analisis dan umpan balik pembelajaran secara individual dan eksklusif. Oke, come back to focus, disini saya ingin mengatakan bahwa, pencapaian IPK/nilai tidak lantas dapat kita abaikan begitu saja (menganggapnya remeh) sebab diri kita sendiri pun perlu penghargaan. Jadi berbahagialah kalian yang telah memiliki nilai yang sudah baik, apresiasi lah diri kalian dengan menanamkan sugesti positif bahwa kelak akan menjadikan ilmu-ilmu tersebut berkembang dan tidak hanya mengendap dalam long-term memory. Dan teruntuk yang masih berusaha, kejarlah namun bukan mengejar seberapa besar angkanya, kejarlah sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan akan ilmu.

Untuk sekedar memberikan gambaran, berikut ini akan saya share tips-tips based on my own experience bagaimana untuk menjadi mahasiswa yang memiliki keterampilan akademik yang baik.
  1. Kenali dirimu sendiri. Kenali semua hal yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti apa minat kita, apa kelebihan kita, kekurangan kita, dsb. Ini adalah tahap paling penting, di TP tahap identify learners characteristic selalu dilakukan diawal proses pembelajaran hal ini menunjukkan bahwa hal terpenting sebelum kita belajar adalah mengindentifikasi karakter belajar diri kita sendiri. Gaya belajar mana yang lebih kita sukai (audio, visual, kinestetik), jam berapa biasanya kita bisa fokus belajar/mengerjakan tugas, lingkungan seperti apa yang membantu kita belajar (berkelompok atau menyendiri), dan masih banyak lagi. Intinya kenali apa yang membuat kita mudah dan senang belajar dan apa yang membuat kita terganggu dan tidak nyaman dalam belajar. Belajarlah dengan hati yang nyaman, senyaman Jogja :)
  2. Tetapkan niat yang baik, karena semua yang kita lakukan tergantung pada niatnya. Niatkanlah untuk belajar dan menimba ilmu sebanyak mungkin dan jadilah mahasiswa yang tidak setengah-setengah. Pernah saya membaca buku chicken soup (ketika menjadi mahasiswa S1) dan menemukan sebuah statemen menarik, yang intinya begini “jurusan tidak menentukan kesuksesan”. Memang sebagian masyarakat ada yang berkeinginan menguliahkan anaknya di jurusan terntentu karena diprediksi akan sangat dibutuhkan di tahun-tahun mendatang, atau ada juga yang menguliahkan anaknya di jurusan-jurusan favorit dengan ekspektasi kelak akan mudah mendapatkan pekerjaan. Saya sependapat dengan buku chicken soup yang saya baca, dan menurut saya tidak ada jurusan yang masih dibuka selama memang jurusan tersebut masih dibutuhkan. Semua jurusan sama saja, yang berbeda adalah seberapa banyak ilmu yang kita miliki tentang jurusan tersebut hingga mendekati sebutan expert. Maka dari itu, jangan setengah-setengah.. kalau kita bisa menjadi seseorang yang expert di bidang yang kita dalami, bukankah mungkin kesuksesan itu akan datang dengan sendirinya?
  3. Sesekali lakukan hobi diluar akademik. Mungkin dengan melakukan olah raga misalnya, atau sekedar jalan-jalan berkeliling. Sebagai makhluk sosial, bergaul dan berinteraksi dengan orang lain merupakan sebuah kebutuhan. Jangan menjadi seseorang yang terlalu kutu buku, sampai-sampai tidak peduli dengan perubahan ‘dunia luar’ yang semakin cepat. Lakukan interaksi dengan teman-teman, dengan orang tua dan lingkungan. Dulu waktu awal perkuliahan S2, saya termasuk kategori mahasiswa yang sering main (dan memang saya suka travelling) sampai-sampai banyak komentar teman yang mengira S2 itu jauh lebih santai ketimbang waktu masih S1 dan kesannya kerjaan saya cuma main saja. Ya, memang tidak sepenuhnya salah anggapan tersbut. Cuma yang selalu saya ingat adalah, ketika pergi main atau travelling jangan lupa seimbangkan dengan tugas mahasiswa yang harus dikerjakan begitu pun sebaliknya, ketika sedang bersusah-susah dengan setumpuk tugas kuliah maka imbangi lah dengan hal-hal menghibur yang kita sukai. Karena hidup harus seimbang.
  4. Buat catatan kegiatan-kegiatan penting atau istilahnya buatlah time table. Tuliskan berbagai macam deadline perkuliahan yang harus diselesaikan, sehingga akan merasa selalu diingatkan ketika kita melihat catatan tersebut. Hal ini sangat membantu kita untuk menyelesaikan tugas secara periodik (berkala) tanpa membebani pikiran.  Selesaikan tugas-tugas yang memang sudah mendesak (dari segi waktu) pertimbangkan juga tingkat kesulitan tugas, sebab terkadang di TP ada tugas yang mengharuskan output berupa produk yang dapat diselesaikan dalam waktu beberapa bulan. Nah, terkadang range waktu penyelesaian tugas membuat kita lalai dan terlalu bersantai-santai hingga pada akhirnya barulah dikerjakan secara mendesak dan terburu-buru sehingga hasilnya kurang maksimal. Hal-hal begitu dapat diantisipasi dengan time table, maka dari itu susun semua deadline dengan rapih supaya setiap deadline nya dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
  5. Perhatikan style masing-masing dosen ketika mengajar. Memang untuk mahasiswa yang berstatus ‘maba’ akan sulit membaca karakter dosen yang baru ditemuinya, namun hal ini bisa diantisipasi dengan bertanya atau pun sharing dengan kakak tingkat atau mahasiwa yang sudah lebih paham dengan karakter dosen tersebut. Menurut saya, kebanyakan dosen pasti memiliki kecenderungan yang sama yakni pasti menyukai mahasiswa yang memang mampu menguasai konsep mata kuliahnya dengan baik. Oleh sebab itu, modal kita yang utama adalah pahami isi mata kuliahnya. Jangan malas untuk mencari sumber-sumber referensi yang disarankan oleh dosen, dengarkan perkuliahan dengan seksama (hargai lah ketika dosen sedang menjelaskan), dan kerjakan tugas sesuai dengan perintah yang dosen berikan.
  6. Buka wawasan dan lakukan sharing dengan teman sekelas apabila ada kebingungan tentang sesuatu yang berkaitan dengan perkuliahan. Teman sekelas bisa saya sebut sebagai agen “Zone of Proximal Development” (Vygotsky) yang dapat membantu kita untuk berkembang. Pengalaman yang saya alami, saya banyak belajar dan berbagi ilmu dengan teman-teman sekelas melalui diskusi dan kerja kelompok yang ternyata mampu menjadi media belajar yang efektif. Selain memperoleh ilmu baru, sharing juga dapat meningkatkan kepekaan emosional sehingga beban dan kesulitan selama perkuliahan serasa lebih ringan karena dapat saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.
  7. Usaha dan doa berbanding lurus dengan hasil belajar. Saya yakin ketika kita sudah berusaha dengan maksimal tentunya akan menghasilkan sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Mungkin ada yang pernah merasa, sudah berusaha dan berdoa dengan maksimal namun ternyata hasilnya kurang maksimal? Ini hanya permasalahan waktu saja, di depan sana tentunya sudah disiapkan momen terbaik kapan kita akan menuai hasil usaha kita yang sudah maksimal. Sesuatu yang dilakukan dengan baik dan dengan usaha terbaik, saya yakin tidak pernah menghasilkan sesuatu yang buruk. Sesibuk apapun kita ketika belajar, jangan lupa untuk tetap berkomunikasi dengan orang tua. Sampaikan setiap perkembangan studi kita, dan mintalah doa restu orang tua supaya usaha-usaha kita didukung secara lebih maksimal.
  8. Makan makanan yang bergizi dan tidur secukupnya. Makanan juga penting untuk mendukung daya pikir yang maksimal. Jangan abaikan kesehatan, pola makan dan pola tidur. Untuk memiliki nilai yang baik, bukan berarti setiap hari harus begadang dan ‘tidak dapat bernafas’. Pola-pola belajar ekstra memang terkadang dibutuhkan (terutama untuk menyelesaikan deadline yang agak rumit), oleh sebab itu imbangi dengan asupan gizi dan pola tidur yang cukup. Dibeberapa kesempatan saya pernah mencoba pola tidur jam 8 (sehabis isya) lalu bangun tengah malam (jam 2, karena biasanya siklus tidur saya 6 jam) untuk mengerjakan tugas, cara ini lumayan efektif terutama untuk tugas-tugas kuliah dengan fokus tinggi. Saya juga bukan tipe orang yang bisa begadang semalaman, jadi saya harus mengatur pola tidur saya ketika harus menyelesaikan beberapa tugas/deadline yang berdekatan. Saya bukan tipe mahasiswa yang tidak tidur demi menyelesaikan tugas, because i can’t stay up and talk all night.
  9. Jangan lupa bersyukur. Entah itu sedikit atau banyak tetap lah bersyukur, karena dengan bersyukur semua hal akan terasa cukup. Belajar adalah hal yang tidak akan pernah selesai dan akan terjadi terus menerus. Mungkin kalau bukan saat ini, mungkin besok, atau lusa kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun, ada hal yang lebih penting dari sekedar mendapatkan hasil yang baik, yaitu merasakan sebuah proses menuju hal yang lebih baik. Tuliskan kata-kata motivasi yang dapat mengingatkan kita dan sugesti diri sendiri untuk terus berproses menjadi lebih baik. 
Memberikan beberapa tips diatas tidak lantas berarti saya sudah baik, namun semoga bisa saling berbagi dan mengingatkan dalam kebaikan. Saya pun masih terus belajar untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Selama belajar di Jogja, saya rasa saya bukanlah seorang kutu buku walau kelihatannya saya adalah orang yang serius. Saya menikmati setiap waktu yang berlalu walaupun terkadang apa yang terlihat tidak seperti apa yang sebenarnya.


0 comments:

Post a Comment