Belajar Menyusun Mimpi

Hai, pemuda seberapa jauh kau ingin tahu tentang aku?
Aku yang hanya bunga biasa ini,
Apakah pantas bercerita panjang lebar bagaikan kau punya banyak waktu untuk mendengarkan omong kosong ku?
Tak berani aku mengawali cerita dengan kisah-kisah luar biasa,
Karena sejatinya tak ada yang bisa aku sombongkan,
Tak ada kisah-kisah heroik dalam kehidupanku.

Seperti yang kau tahu,
Selama ini dimana tempatku bertumbuh..
Jauh bahkan sangat jauh dari keramaian jalan yang berlika liku,
Aku hanya berada di seberang jalan yang sepi,
Yang bahkan orang-orang tak banyak menyadari.
Aku pun tumbuh melalui berbagai terpaan angin dan hujan,
Yang membuatku belajar bagaimana harus beradaptasi dalam setiap musim,
Aku tak pernah membutuhkan perlakuan khusus yang harus begini dan begitu,
Yang aku butuhkan hanya sebatas keinginan sederhana,
Bagaikan kebutuhan air, tanah, dan sinar matahari.
Setiap mimpi dan cerita yang aku punya, hanya aku bagi dalam hening malam,
Disetiap keheningan itu, aku berteman dengan bulan.
Dan disetiap pembicaraan kami, aku selalu tak takut bermimpi
Karena bulan diatas sana, jauh lebih dekat dengan ujung langit
Dekat dengan para bintang yang sulit aku gapai dari bumi.

Banyak mimpi yang masih belum berlanjut,
Banyak mimpi yang masih belum terajut,
Dan banyak mimpi yang hilang karena rasa takut,
Ataupun yang masih tertutup kabut,
Yang jelas...
Merangkainya dalam barisan kata, adalah hal yang sulit untuk menterjemahkan besarnya harapan dari sebuah mimpi.
Namun, mungkin juga menterjemahkan dalam barisan kata hanya membuatku takut apabila tak sesuai dengan realita.
Rumit, memang
Sebab aku ini memang tak mudah dipahami
Sekalipun diriku sendiri.
Terkadang aku ini begini dan begitu,
Tapi yang jelas aku masih punya intuisi yang kuat,
Yang akan selalu menuntunku pada apa yang aku yakini baik.

Fase kehidupanku lebih banyak berputar pada takdir yang luar biasa sulit ditebak,
Pun dengan cara Nya mempertemukan aku dengan mu.
Bukankah itu salah satu bukti ke Maha Kuasaan Nya?
Itulah yang terkadang membuatku berpikir,
Apakah perlu aku menuliskan berbagai mimpi-mimpi kecil untuk menuntunku pada jalan yang kuinginkan,
Sedangkan aku masih selalu punya harapan untuk menjalani skenario terbaik yang tak tertebak itu?
Itulah yang selama ini kadang lebih dominan,
Dibandingkan dengan mimpi-mimpi kecil ku untuk merasakan musim semi di Australia, misalnya.

Namun, aku sadar kini
Bahwa jalan yang aku miliki telah bersinggungan dengan mu, wahai pemuda
Yang berarti sepanjang jalan kedepan nanti,
Kita akan melangkah bersama, dan bukan lagi sendiri.
Maka dari itu, aku pun sadar bahwa bukan lagi seharusnya idealisme ku mendominasi diri ini,
Tapi seharusnya berbagi mimpi adalah hal yang sebenarnya akan kita butuhkan.
Bersabarlah, pemuda... karena saat ini aku masih tak tahu bagaimana cara merangkai kata-kata untuk harapan dan mimpi di masa depan yang bersifat duniawi,
Karena dunia yang terlalu luas ini harus didetailkan,

Mungkin aku lupa bagaimana caranya bermimpi,
Atau mungkin aku yang terlalu takut bermimpi,
Sungguh masalah ini tak sederhana bagaikan menulis diary.
Bukan, bukan berarti aku tak pernah mencobanya
Atau aku yang terlalu mempersulit diri,
Namun, mohon pahamilah bahwa aku ini berbeda.
Ada saat dimana mimpi-mimpi itu hanya tersimpan dalam hati,
Ataupun dalam ucapan angin belaka,
Yang jelas,
aku tak pernah lupa untuk bermimpi untuk berapa pun peluang kemungkinan,
Mencoba adalah bukti bahwa aku telah berani memulai mimpi.

Namun, kurasa
Ada hal yang jauh lebih penting daripada mempercayai mimpi-mimpi itu,
Mempercayai Sang Pembuat Skenario.
Karena aku pikir mempertajam rasa percaya ku kepada Nya, telah mampu mewadahi semua detail mimpi-mimpi kecil, bagaikan toples besar yang berisi banyak kelereng.
Tak peduli isinya, namun tetap dalam bentuknya yang besar.
Ketika ada seorang anak kecil mengambil kelereng itu untuk bermain, ada kemungkinan dia kembali dengan memperoleh beberapa kelereng baru.
Dan ada juga kemungkinan ia akan kehilangan kelerengnya yang ia ambil dari toples.
Begitu lah diibaratkan bermain dengan dunia ini,
Walau tampak nyata, ternyata itu fana.

Dan bila kau masih bertanya tentang apa mimpi ku saat ini,
Yang mungkin membaca tilisan ini hanya membuatmu bingung,
Akan kujawab begini,
Aku bermimpi untuk menjadi bunga yang paling indah,
Dengan definisi indah menurut buku petunjuk.
Oleh karena itu, aku pun yakin bahwa kau sangat paham apa saja yang tertulis disana.
Bagaimana selayaknya menjadi sosok yang terbaik,
Bagaimana hakikatnya sebuah bunga yang baik,
Dan bagaimana menebar kebaikan itu,
Aku masih belajar, belajar menyusun mimpi.
Itu saja.

Yogyakarta, 24 Mei 2016 11.50 pm.

0 comments:

Post a Comment