Review Sidang Tesis

Akhirnya namanya muncul di papan ini.. 

22 Juni 2016 @JogjaIstimewa
            Sehari sudah ujian/sidang tesis itu berlalu, bagaikan angin yang begitu saja berlalu dengan cepat. Ternyata semua kekhawatiran itu telah menemukan jawabannya, rasa penasaran dan penantian seakan menjadi satu, bahagia, takut, dan cemas. Namun, diantara semua perasaan itu, kesimpulannya berakhir pada sebuah rasa lega dan seakan menemukan semangat baru untuk semakin mantap menata masa depan. Baiklah, di detik-detik revisi ini seharusnya aku fokus pada pembenahan naskah tesis ku, tapi rasanya kurang lengkap apabila seharian ini hanya dihabiskan dengan hal-hal serius melulu. Sejujurnya, memang aku adalah orang yang mudah bosan apalagi dengan hal-hal yang cukup serius menguras pikiran. So, untuk menyeimbangkan semua kemampuan otak ini dengan maksimal.. mari simak sedikit cerita dalam rangka ingin membagi kebahagian dan motivasi bagi kalian yang sedang menantikan sidang tesis.


....1 minggu yang lalu (15 Juli 2016)
Disetiap kesulitan dan cobaan pasti ada hikmah yang luar biasa tersimpan rapih didalamnya. Bagaikan terbungkus dalam lapisan kertas kado yang cukup tebal, mungkin inilah kondisiku saat ini, sedang menerima sebuah hadiah. Semua yang telah kurencanakan, memang bukan sepenuhnya milikku. Aku tetap ingat, bahwa diatas skenario ku masih ada skenario tak terduga yang bisa menjadi bom waktu kapan saja untuk sedikit mengejutkan penonton ataupun lakonnya. Ya, tentunya Dia adalah Sang Maha Sempurna. Lantas, aku tak perlu khawatir atas setiap ledakan kecil yang Dia berikan dalam alur skenario ku. Semua ledakan-ledakan itu ibarat sebuah kembang api, berwarna dan indah.
Memaknainya memang tak mudah, bahkan untuk menjalaninya pun merupakan hal yang berat.. kalau kita tidak benar-benar ikhlas dan totalitas. Intinya belajarlah ikhlas dan totalitas, yang maksudnya ikuti saja alur yang agak berbelok ini.. come on, Sang Maha Sempurna tidak mungkin membuat alur yang buruk kok. Begitulah cara ku meyakinkan diri, bahwa semua yang terjadi adalah garis ilahi, kalau sedikit melenceng ya jalani saja.. tetap saja itu adalah pasti yang terbaik. Nah, bagaimana kalau alur ceritanya harus tertunda sebentar? Sabar lah, mungkin ada iklan-iklan yang mau lewat sembari kita sedikit beristirahat. Dan hari ini aku belajar sesuatu, seperti biasanya.. setiap aku ada pertanyaan, pasti Dia menjawabnya dengan sangat indah. Ya, melalui buku pedoman yang Dia turunkan melalui bantuan Malaikat Jibril. Di bagian surat Al-Baqarah: 286 (bukalah mushaf mu ya.. sembari silaturahmi) aku menemukan semua jawabannya. Apa yang tadinya belum jelas dan rasanya masih ingin berdebat dengan sejuta alasan, seakan tak begitu berarti lagi. Kesimpulannya, mari belajar ikhlas dan pasrah dengan kondisi yang mungkin telah terjadi, namun jangan lupa bahwa do'a dan usaha adalah bagian dari berpasrah serta cerminan keikhlasan itu sendiri. Dan definisi ikhlas dan pasrah, bukan berarti berhenti berharap dalam sebuah doa dan pasrah tak mau berusaha mengubah keadaan ya. Baiklah, tentunya aku pun masih berproses, berproses dalam mendiskusikan skenario-skenario terbaik, sebab dengan diskusi semuanya akan jadi lebih mudah.. cobalah!

....1 minggu kemudian (22 Juli 2016)
Banyak yang menanyakan kabar revisi ku, apakah banyak dan apakah sempat kukejar untuk yudisium bulan ini. Ya, tentunya semua pertanyaan itu tak bisa ku jawab secara teoritis sekarang dan yang dibutuhkan memang bukti empiris dan usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Pendaftaran yudisium paling lambat besok Rabu, 27 Juli 2016 dan aku? Seakan semua rasa-rasa penantian sidang tesis itu kembali menghantui ku, bahkan dengan lebih intens. Tapi, tenang saja aku sudah punya obatnya yang sudah aku tulis di catatan ku 15 Juli kemarin. Tentu saja, cerita ini pun masih akan berlanjut dalam tajuk yang sama, jadi untuk para pembaca sabarlah sedikit sebentar lagi episode-episode kecil itu segera dirilis.
Ternyata sidang tesis itu punya karakteristiknya masing-masing, jadi jangan banding-bandingkan ataupun memprediksikan bakal seperti apa sidang tesis yang akan kalian alami. Kuncinya, be positive saja karena banyak juga yang bilang “ujian yang sesungguhnya dan lebih berat dari sekadar ujian tesis adalah ketika kalian merasakan ujian kehidupan” nah sudah terbayangkan? Bagaimana kalau baru ujian tesis saja kalian takut, padahal menurut orang-orang dewasa (diluar sana) ujian kehidupan jauh lebih sulit. Aku sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan dosen pembimbing dan dewan penguji yang dapat berlaku adil dan profesional. Ada sebuah mozaik yang seakan terulang kembali, ujian tesis ku jatuh pada hari Kamis, dan dulu ujian skripsiku pun sama, Kamis. Dulu saat ujian skripsi semua dewan penguji ku (termasuk pembimbing) adalah para bapak (all male) dan sekarang pun begitu. Ini semacam kode, bahwa mungkin hasil penilaian tugas akhirku akan sama lagi hasilnya, hehe. Aku optimis bahwa teman-teman ku yang saat ini masih menjadi tim ‘penggembira’, nantinya dapat menjalani ujian/sidang tesis dengan cara dan situasi yang lebih baik, sebab secara ilmu perilaku.. seharusnya mereka akan belajar dari kegagalan kurang maksimalnya penampilan sidang tesis yang telah mereka tonton menjadi sebuah catatan pembalik keadaan bagi mereka kelak. Aku setuju dengan penamaan tim ‘penggembira’ itu, sebab karena kehadiran mereka lah, seseorang yang baru ujian/sidang tesis akan merasa terhibur, terapresiasi, dan merasa jauh lebih kuat untuk tersenyum mengerjakan revisi sebanyak apapun. Baiklah, kini saatnya aku kembali melanjutkan sepotong kue revisi yang masih perlu kunikmati. Ingatlah bahwa purnama akan datang lagi bulan depan, dan saat itu semua hal-hal yang agak sulit ini sudah berganti menjadi bintang-bintang yang menemani sang rembulan di atas sana. 

0 comments:

Post a Comment