Sumber: Dokumentasi Pribadi
Permainan analogi memang sesuatu yang paling aman untuk
menceritakan sebuah realita secara lebih sopan dan tersirat. Semua perumpamaan
itu bagaikan analogi yang aku kenal, secara tersirat tersampaikan pesannya. Aku
mungkin tahu, namun tetap saja maksud hati seseorang hanya orang yang
bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia lain hanya bisa tebak-menebak,
berasumsi, menganalisis dan menyimpulkan. Semua alur cerita beranalogi taman
bunga itu, sungguh indah kubayangkan sebagai sebuah taman yang sesungguhnya.
Taman itu masih
belum ditanami apapun, begitu kisahnya. Dari sudut pembaca, aku mengetahui
bahwa si pemuda masih sangat bimbang untuk memilih jenis bunga apa yang paling
tepat dan bisa tumbuh dengan indah di tamannya itu. Bunga yang ia cari mungkin
adalah bibit terbaik. Bibit yang ia cari mungkin adalah sebuah bunga yang
paling indah, yang mungkin orang lain tak akan pernah miliki. Bunga yang ia
cari, mungkin sedang bertumbuh di tepi jalan, terkena sengatan matahari dan
hujan. Bunga yang ia cari mungkin bunga liar yang tumbuh secara liar (natural) namun
tak tumbuh di sembarang tempat. Bunga yang ia cari mungkin berwarna sangat
indah, namun tak semua orang bisa meilhat warna indahnya ketika mekar. Bunga yang
ia cari mungkin berada dalam kepungan tumbuhan puteri malu, yang sangat peka
dan perasa. Bunga yang ia cari mungkin sudah pernah ia lihat sebelumnya...
Memiliki taman
yang sangat indah, sungguh mulia impian pemuda itu. Sampai-sampai apapun ia
persiapkan sebelum menanami bunga di ladangnya. Tanah, pupuk, peralatan bertani
sudah ia siapkan dengan baik. Tujuannya, agar si bunga nanti dapat tumbuh
dengan baik, mekar dengan indah, berkembangbiak menghasilkan kuncup-kuncup yang
indah sepanjang hari. Hingga datang kupu-kupu yang semakin menghiasi indahnya habitat
taman bunga itu. Itukah yang pemuda itu bayangkan? Pemuda itu, membuatku
penasaran bagaimana ia akan pada akhirnya memutuskan jenis bunga yang bagaimana
yang akan ia tanam. Aku penasaran, apa yang membuatnya hingga akan memutuskan
mengapa memilih bunga itu? Aku sangat penasaran, karena aku pun ingin melihat
bunganya, aku ingin melihat bagaimana senangnya ketika pemuda itu mendapatkan
jenis bunga yang ia cari. Semoga, si pemuda itu lekas menemukan bunga yang cocok,
semoga pemuda itu lantas bersuka cita sebagai buah yang ia petik dengan penuh
persiapan yang baik. Semoga pemuda itu bisa menunaikan keinginannya untuk
merawat si bunga dan menyemai benih-benih baru yang bisa ia bagikan kepada
dunia, sampai ke pelosok negeri, sebagaimana keinginannya.
Aku, pembaca
dengan rasa penasaran yang tinggi. Tapi apalah aku, yang hanya bisa membaca
kisahnya tanpa bisa membantu pemuda itu untuk memilih bunga yang ia cari. Aku hanya
pengamat dan penyemangat untuk pemuda itu, agar terus berusaha menemukan bunga
yang ia cari. Semoga bunga itu, mau menunjukkan dirinya ketika sedang bertumbuh
hingga membukakan mata si pemuda itu untuk mau merawatnya. Sebuah bunga di tepi
jalan, sebuah bunga yang banyak diabaikan. Aku kira begitu karakter bunga yang
sesuai untuk pemuda itu. Mengapa? Karena ketika pemuda itu mencoba mencari
jenis bunga terbaik, di taman bunga (banyak bunga-bunga indah yang tumbuh di
tempat yang memang dikhususkan untuk bertaman bunga) pasti yang pemuda itu
temukan adalah banyak variasi bunga-bunga indah dengan jumlah yang banyak, tak
istimewa. Terkadang bunga-bunga indah di taman bunga itu pun membutuhkan
perlakuan khusus dari segi tanah, air dan pupuk. Mungking juga sudah banyak
pemuda-pemuda lain yang menanamnya di taman-taman lain. Tapi tidak untuk bunga
yang ada di tepi jalan itu.
Bunga di tepi
jalan itu, aku lihat sangat indah di waktu ia mekar. Tapi, apa si pemuda itu
akan tahu bagaimana cara bunga itu mekar dengan indah, apakah pemuda itu datang
di waktu yang tepat untuk memindahkannya ke taman yang telah ia siapkan? Aku tidak
bisa menjawab, karena aku pun tidak pernah tahu, apakah takdir membawa pemuda
itu untuk melintasi jalan yang berbunga itu. Apakah takdir membawa langkahnya
terhenti untuk sekedar mengamati bunga itu jauh lebih dekat? Apakah pemuda itu
menyadari bahwa sebenarnya bunga itu adalah bunga yang mungkin ia cari? Mungkin
pemuda itu adalah orang yang berbeda dengan banyak pemuda yang melalui jalanan
itu. Dan wahai bunga, tolonglah buka sedikit kelopakmu untuk memberikan tanda
bahwa engkau hidup dan sedang bertumbuh untuk menjadi lebih indah. Bunga itu
nampaknya masih ragu untuk memekarkan kelopaknya, bunga itu takut kalau si
pemuda tak datang, dan mungkin datang namun hanya berlalu. Bunga itu memilih
bersembunyi diantara tumbuhan puteri malu, dan tetap bertumbuh walau tak banyak
orang tahu. Didalam kelopaknya yang masih kuncup, si bunga pun nampaknya berdoa
dengan penuh harap kepada Rabb-nya, meminta tolong diberikan kesempatan untuk dapat
bertumbuh lebih baik dan dirawat oleh pemuda yang tepat.
.... Bunga
di tepi jalan itu, masih terus berdoa dan berharap pada Rabb-nya.
2 comments:
Semoga si pemuda dapat menemukan bunga di tepi jalan yang sangat sangat dan sangat dia harapkan bukan yang dia perlukan. Terkadang memilih bunga apalagi di tepi jalan sangatlah butuh perhatian lebih tidak hanya dengan spesifikasi visual saja tapi juga dengan spesifikasi yang lain mungkin dari jenis, habitatnya, ataupun fungsi bunga itu sendiri
Semoga si pemuda dapat menemukan bunga di tepi jalan yang sangat sangat dan sangat dia harapkan bukan yang dia perlukan. Terkadang memilih bunga apalagi di tepi jalan sangatlah butuh perhatian lebih tidak hanya dengan spesifikasi visual saja tapi juga dengan spesifikasi yang lain mungkin dari jenis, habitatnya, ataupun fungsi bunga itu sendiri
Post a Comment