Hakekat definisi
menurut Israel Scheffler (Barbara B. Seels & Rita C. Richey, 1994)
membedakan definisi umum dengan definisi ilmiah. Menurut pendapatnya, definisi
ilmiah mempunyai landasan teknis dan teoritis serta memerlukan pengetahuan
khusus untuk memahaminya. Definisi ini merupakan hasil penelitian. Sedangkan definisi
umum dapat dimengerti baik oleh umum maupun kaum profesi. Definisi umum
menjelaskan bagaimana sutau istilah dimengerti dalam penggunaannya.
Sebelum suatu
definisi dikembangkan harus sudah ada kejelasan tentang parameter definisi
tersebut. Parameter ini adalah anggapan (asumsi) yang melandasi pengambilan
keputusan. Agar definisi dapat dirumuskan, terlebih dahulu harus ada ketentuan
tentang lingkup, tujuan, pandangan, sasaran, serta karakteristik utama yang
harus dijadikan pertimbangan. Suatu
definisi yang mewakili berbagai kepentingan dalam bidang akan mengidentifikasi
permasalahan serta kesempatan yang dapat memacu kreativitas dan penemuan. Pertanyaan
yang kini timbul adalah: “Apakah teknologi itu? Dan bagaimana kaitannya dengan
pendidikan?”
Teknologi modern
digambarkan sebagai sistematisasi pengetahuan praktis dalam meningkatka
produktivitas. Menurut Braudel (Barbara B. Seels & Rita C. Richey, 1994),
teknologi bukan hanya sekedar aplikasi ilmu pengetahuan, melainkan juga
perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan suatu generasi menggunakan
pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar bertindak. Teknologi pendidikan
seringkali diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam
menyelesaikan permasalahan belajar, ini
yang mengasumsikan bahwa keberadaan ilmu dan teknologi tidak terpisahkan.
Konsepsi dari
teknologi pendidikan telah dan sedang berkembang begitu juga dengan kawasan
teknologi pendidikan. Definisi AECT tentang teknologi pendidikan sekarang,
dapat saja berubah di waktu mendatang. Hal ini telah terbukti pada definisi-definisi
TP pada tahun 1963, 1970, 1971, 1972, 1977, hingga 1994 yang sudah tidak
dipakai dan digantikan dengan keberadaan deinisi yang lebih ‘matang’ dan
kontekstual. Berbagai konsep muncul dalam definisi-definisi tersebut, meskipun
konteks dan makna konsep tersebut dapat bervariasi. Pada tahun 1973 Ely
mengemukakan bahwa definisi-definisi Teknologi Pendidikan mengandung tiga tema
utama, dengan mengetengahkan bahwa teknologi pendidikan, merupakan:
1. Pendekatan
sistematik
2. Pengkajian
sarana atau cara
3. Suatu
bidang yang diarahkan untuk tujuan tertentu
Teknologi
pendidikan semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yaitu penggunaan
peralatan, media, dan sarana untuk tujuan pendidikan. Bidang teknologi
pendidikan merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan,
yaitu media dalam pendidikan, psikologi dan pembelajaran, dan pendekatan sistem
untuk pendidikan (Seels, 1994). Dua orang tokoh Edgar Dale dan James Finn
pantas mendapat penghargaan karena sumbangan mereka yang besar dalam
pengembangan teknologi pendidikan modern dan perumusan awal dari definisnya.
Dale mengembangkan Kerucut Pengalaman (Cone
of Experience) sebagai berikut:
Gambar Kerucut Pengalaman Dale (Cone of Experience)
Kerucut Edgar Dale ini menyatukan teori pendidikan
John Dewey dengan gagasan-gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer
dimasa itu. Kerucut pengalaman merupakan upaya awal untuk memberikan alasan
tentang kaitan teori belajar dengan lomunikasi audio-visual. Kemudian oleh Jim
Finn bidang komunikasi audio-visual ini diusulkan menjadi Teknologi Pendidikan.
Finn mengemukakan bahwa Teknologi Pendidikan merupakan proses intelektual yang
harus bertumpu pada penelitian. Dua kontribusi lain dari Finn adalah dukungan
atas penamaan bidang Teknologi Pendidikan serta diangkatnya penerapan teori
sistem sebagai landasan bidang. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem
dan proses, mampu mencakup dan memperluas gagasan Dale tentang keterkaitannya
dengan bahan dan proses. Sehingga definisi Teknologi Pendidikan yang pertama
berkaitan dengan komunikasi audio-visual dan memicu perubahan nama Department of Audiovisual Instruction (Departemen
Pembelajaran Audiovisual) menjadi Association
for Educational Communication and Technology (Asosiasi Komunikasi dan
Teknologi Pendidikan) pada tahun 1963.
Pada pembahasan
definisi Teknologi Pendidikan yang akan dipaparkan dalam paper ini adalah definisi Educational
Technology dari tahun 1963-1977 (Yusufhadi Miarso, 2004), 1994 (Barbara B.
Seels & Rita C. Richey, 1994) dan definisi tahun 2008 (Alan Januszewski
& Michael Molenda, 2008).
1.
Educational Technology 1963
Usaha untuk merumuskan definisi
teknologi pendidikan secara terorganisasikan dimulai pada tahun 1960.
Pengembangan definisi pertama dilakukan oleh the Technological Development
Project dari The National Education Association dengan ketua tim Prof. Dr.
Donald P. Ely. Pada tahun 1963 disahkan definisi yang pertama sebagai berikut:
“Komunikasi audiovisual ialah cabang
teori dan praktik pendidikan, khususnya yang berkepentingan dengan rancangan
dan pemanfaatan pesan yang mengendalikan proses belajar. Kegiatan ini meliputi
perencanaan, produks, seleksi, pengelolaan, dan pemanfaatan komponen-komponen
sistem dan seluruh sitem instruksional. Tujuan praktisnya, yaitu efisiensi
pemanfaatan setiap metode dan media komunikasi yang dapat menyumbang
pengembangan potensi si-belajar secara penuh.”
2.
Educational Technology 1970
Usaha kedua untuk mendefiniskan
teknologi pendidikan dilakukan oleh the Commission on Instructional Technology
yang dipimpin oleh Sidney Tickton pada tahun 1970. Definisi teknologi
instruksional yang dirumuskan adalah:
“Teknologi instruksional adalah suatu
cara yang sistematik untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan
proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan khusus komunikasi dan
belajar pada manusia, serta dengan mempergunakan kombinasi sumber belajar
insani dan non-insani, agar terjadi pembelajaran yang lebih efektif.”
Pada definisi ini ditekankan bahwa
teknologi pendidikan sebagai proses, bukan hanya sebagai media atau peralatan. Ditegaskan
juga, bahwa teknologi pendidikan merupakan konsep dan pendekatan sistem, dan
berlandaskan pada teori belajar dan komunikasi. Selain itu, pada definisi ini
mulai diperkenalkan istilah “sumber belajar.”
3.
Educational Technology 1972
Kedua definisi di atas belum
dianggap lengkap, sehingga pada tahun 1972 Komisi Definisi dan Terminologi AECT
mengeluarkan definisi baru yang ketiga, yaitu:
“Teknologi pendidikan adalah suatu
bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui
usaha sistematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan
pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas
keseluruhan proses tersebut.”
Definisi
ketiga ini menunjukkan hal-hal baru/berbeda, seperti: teknologi pendidikan
sebagai suatu bidang; proses memfasilitasi belajar dan bukan kendali belajar;
dan penggunaan nama/istilah teknologi pendidikan.
4.
Educational Technology 1977
Definisi tahun 1977 yang merupakan
definisi keempat, meliputi 16 bagian yang diharapkan dipahami sebagai suatu
keseluruhan yang saling berkaitan. Definisi tersebut sebagai berikut:
“Teknologi pendidikan adalah
proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah terjelma dalam bentuk sumber
belajar yang dirancang, dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar, dan
yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar
(lingkungan). Proses analisis masalah merupakan fungsi pengembangan pendidikan
dalam bentuk riset/teori, desain, produksi, evaluasi-seleksi, logistik,
pemanfaatan, dan peyebarluasan. Proses pengarahan dan koordinasi merupakan
fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan
personil.”
5.
Educational Technology in AECT 1994
(Instructional Technology: The Definition and Domainds of The Field)
“Teknologi Pendidikan adalah teori dan
praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
proses dan sumber untuk belajar (AECT, 1994)”
Menurut definisi 1994 Teknologi Pendidikan
adalah:
a. Teori
dan praktek
Teori terdiri dari konsep, bangunan
(konstruk), prinsip dan proporsi yang member sumbangan terhadap khasanah
pengetahuan. Sedangkan praktek merupakan penerapan pengetahuan tersebut dalam
memecahkan permasalahan.
b. Desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
Peristilahan tersebut berhubungan
dengan daerah basis pengetahuan maupun tugas yang dilakukan para insan profesi
dalam bidang. Kesemuanya merupakan lima kawasan dasar Teknologi Pendidikan.
c. Proses
dan sumber
Proses adalah serangkaian operasi
atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil tertentu. Pengertian proses
mencakup tata urutan yang terdiri dari masukan (input), kegiatan (process), dan
keluaran (output). Sedangkan yang
dimaksud dengan sumber adalah asal yang mendukung terjadinya belajar, termasuk
sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan.
d. Untuk
keperluan belajar
Dalam definisi disebutkan bahwa
belajar adalah mengenai adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan
atau perilaku seseorang karena pengalaman. Tujuan teknologi pendidikan adalah
untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) belajar.belajar, yang dapat
terlihat dengan adanya perubahan pada pengetahuan, keterampilan ataupun sikap,
merupakan kriteria atau ukuran pembelajaran.
6.
Educational Technology in AECT 2004
(Educational Technology: A Definition with Commentary)
“Educational
technology is the study and ethical practice of facilitating learning and
improving performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources (AECT, 2008)”
Konsepsi
dari Teknologi Pendidikan telah dan sedang berkembang begitu juga dengan
kawasan bidang garapannya. Definisi yang ada saat ini, bisa saja kemudian
berubah namun tetap memiliki esensi yang sama atau bahkan lebih jelas. Berikut
ini dijelaskan konsep istilah yang dipakai dalam definisi TP AECT 2008, yaitu:
a. Study
Studi diartikan sebagai kumpulan
informasi dan analisis melalui traditional
conceptions of research. Penelitian merupakan ujung tombak atau generator
dari lahirnya ide-ide baru dan proses evaluatif untuk meningkatkan praktek.
Studi juga dimaknai sebagai pemahaman teoritis dari praktek teknologi
pendidikan yang diperlukan untuk perkembangan dan perbaikan ilmu pengetahuan
melalui penelitian dan refleksi.
b. Ethical Practice
Etika praktek mengacu pada standar
etika praktis sebagaimana yang didefinisikan oleh Komite Etika AECT tentang apa
saja yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan. Definisi
teknologi pendidikan saat ini mulai mepertimbangkan etika praktek sebagai
sesuatu yang penting untuk mencapai
kesuksesan, karena tanpa hal tersebut sukses adalah hal yang mustahil
dicapai.
c. Facilitating
Hadir sebagai akibat adanya
pergeseran paradigma pembelajaran yang memberikan peran dan tanggung jawab
lebih besar kepada peserta didik sehingga peran teknologi pendidikan berubah
menjadi pemfasilitasi. Memfasilitasi meliputi mendesain lingkungan belajar,
pengorganisasian sumber belajar, dan menyediakan alat media untuk belajar.
Kegiatan belajar dapat berlangsung melalui tatap muka (face to face) atau berlangsung di lingkungan virtual atau yang
disebut sebagai distance learning.
d. Learning
Learning
(pembelajaran)
selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman. Tugas
pembelajaran dapat dikategorikan berdasarkan pada berbagai taksonomi, dimana
tujuan dari pembelajaran/pendidikan adalah adanya pemahaman sebagai retensi
pengetahuan.
e. Improving
Berkaitan dengan peningkatan
kualitas produk yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam
kapabilitas yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata. Pada lingkup
teknologi pendidikan, untuk meningkatkan (improve)
kemampuan mengharuskan untuk memenuhi tuntutan keefektivan seperti:
kualitas produk sebagai hasil proses pembelajaran, produk pembelajaran yang
efektif, dan kemampuan pebelajar yang dapat diaplikasikan di dunia nyata.
f. Performance
Berkaitan dengan kesanggupan
peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru
didapatkannya. Selanjutnya, ide dan media (tools)
dari teknologi pendidikan dapat membantu pendidik (guru) dan desainer
pembelajaran untuk meningkatkan performance
agar dapat mengorganisasikan dan
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
g. Creating, Using, Managing
Creating
(penciptaan) mengacu pada penelitian, teori dan praktek dalam pembuatan materi
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan sistem pembelajaran dalam beberapa
setting yang berbeda, formal dan nonformal. Using
(pemanfaatan) mengacu pada teori dan praktek yang terkait dengan membawa
peserta didik berhubungan dengan kondisi dan sumber belajar. Managing (pengelolaan) berkaitan dengan
manajemen perorangan dan manajemen informasi yang mengacu pada masalah
pengorganisasian orang-orang dan perencanaan, pengendalian, penyimpanan dan
pengolahan informasi.
h. Appropriate
Appropriate
(tepat)
digunakan untuk menjelaskan kata teknologi yang tepat pada proses dan sumber
daya, yang menandakan kecocokan dan kesesuaian dengan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai.
i.
Technological
Teknologi mengandung arti aplikasi
sistematis atau ilmu atau pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas
praktis. Teknologi yang dimaksud dapat berupa software maupun hardware
yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
j.
Processes
Dapat didefinisikan sebagai
serangkaian kegiatan yang diarahkan pada hasil yang spesifik. Teknologi
pendidikan seringkali mngidentifikasikan proses sebagai aktivitas desain,
pengembangan, dan menghasilkan sumber belajar, yang tergolong sebagai proses
dalam arti luas dari teknologi pendidikan.
k. Resources
Sumber daya telah diperluas dengan
inovasi teknologi dan dengan pengembangan pemahaman baru mengenai bagaimana
alat-alat teknologi dapat membantu peserta didik belajar. Sumber belajar dapat
berupa orang, media/alat, teknologi, dan materi yang didesain untuk membantu
pebelajar.
Definisi
konsep teknologi pendidikan senantiasa berubah dan mengalami revisi, hingga
pada definisi AECT 2008 sebagai pedoman definisi terbaru. Teknologi pendidikan
dimaknai sebagai konsepsi yang lebih luas dibadingkan dengan teknologi
pembelajaran, seperti makna pendidikan yang lebih luas dibandingkan dengan , pembelajaran.
Namun hal tersebut dapat pula berbeda apabila dinilai dari kriteria yang
berbeda. Pada dasarnya keduanya merupakan pendekatan menyeluruh untuk
meningkatkan kemampuan (performance) dalam
bidang pembelajaran maupun pelatihan (training).
0 comments:
Post a Comment